**Gagal Juara AFF U-23 2025, Evaluasi Erick Thohir**
Turnamen AFF U-23 2025 menjadi momen penting bagi sepak bola Indonesia, terutama dalam upaya membangun generasi muda yang kompetitif di tingkat regional. Sayangnya, harapan besar untuk meraih gelar juara harus pupus setelah tim nasional muda Indonesia gagal meraih prestasi terbaik di kompetisi tersebut. Keputusan dan langkah manajerial yang diambil oleh Erick Thohir, selaku Ketua Umum PSSI, menjadi salah satu bahan evaluasi mendalam dalam perjalanan ini.
**Konteks dan Harapan Sebelum Turnamen**
Sejak ditunjuknya Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI, ada harapan besar bahwa sepak bola Indonesia akan mengalami kemajuan signifikan, baik dari segi prestasi maupun pengembangan pemain muda. AFF U-23 2025 dianggap sebagai ajang penting untuk menunjukkan progres tersebut. Ekspektasi tinggi pun disematkan pada tim nasional muda, mengingat berbagai persiapan dan program pembangunan yang telah dilakukan, termasuk kompetisi internal dan pelatihan intensif.
**Perjalanan dan Tantangan di Turnamen**
Namun, kenyataan berbicara berbeda. Tim Indonesia tampil kurang maksimal selama turnamen, bahkan gagal melangkah lebih jauh dari fase grup. Beberapa faktor menjadi penyebab utama, mulai dari ketidakmatangan pemain, strategi yang kurang tepat, hingga kurangnya pengalaman di level internasional. Selain itu, faktor psikologis juga turut mempengaruhi performa tim saat menghadapi tekanan dan situasi kompetisi yang ketat.
**Evaluasi dari Perspektif Erick Thohir**
Sebagai pengambil kebijakan utama, Erick Thohir tidak menutup mata terhadap hasil yang tidak memuaskan ini. Dalam beberapa pernyataannya, ia menyampaikan bahwa kegagalan ini menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengembangan pemain muda di Indonesia. Ia menegaskan bahwa pembangunan sepak bola nasional harus dilakukan secara berkelanjutan dan tidak hanya bergantung pada hasil jangka pendek.
Thohir menyadari bahwa salah satu aspek yang perlu diperbaiki adalah pembinaan usia dini dan kompetisi liga muda yang lebih kompetitif. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara klub, pelatih, dan federasi untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan pemain muda yang berkualitas. Tidak hanya itu, aspek mental dan psikologis pemain juga menjadi perhatian utama, agar mereka mampu menghadapi tekanan di level internasional dengan lebih baik.
**Langkah Strategis ke Depan**
Evaluasi atas kegagalan ini mendorong PSSI dan Erick Thohir untuk merumuskan langkah-langkah strategis ke depan. Di antaranya adalah peningkatan kualitas pelatih muda, penyelenggaraan program pelatihan berjenjang, dan penguatan kompetisi usia dini. Selain itu, mereka juga berencana untuk memperkuat program pemantauan dan pemilihan pemain berbakat secara lebih ketat dan sistematis.
Selain dari aspek teknis, aspek mental dan psikologis pemain akan menjadi fokus utama dalam pengembangan program pelatihan nasional. Pendekatan berbasis psikologi olahraga akan diperkuat agar pemain muda memiliki mental tangguh saat menghadapi tekanan di kompetisi internasional.
**Kesimpulan**
Kegagalan Indonesia dalam meraih gelar juara AFF U-23 2025 tentu menjadi pelajaran berharga. Erick Thohir sebagai pemimpin tertinggi organisasi sepak bola nasional menyadari bahwa perjalanan menuju prestasi yang berkelanjutan tidaklah instan. Dibutuhkan komitmen jangka panjang, kolaborasi semua pihak, serta inovasi dalam pengembangan pemain muda. Dengan evaluasi yang jujur dan langkah strategis yang tepat, Indonesia tetap optimis mampu bangkit dan meraih prestasi lebih baik di masa depan. Turnamen ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan sepak bola nasional tidak hanya bergantung pada hasil sesaat, tetapi juga pada fondasi yang kokoh dan upaya konsisten untuk membangun masa depan yang cerah.